OAG Aviation Worldwide Limited menempatkan Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara tersibuk di kawasan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Badan intelijen perjalanan yang berbasis di London, Inggris, melaporkan kapasitas kursi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta mencapai 3.34 juta kursi pada April 2024. Jumlah tersebut mewakili kapasitas kursi penerbangan tertinggi dibandingkan bandara lain di Asia Tenggara. Sebagai pengelola Bandara Soekarno-Hatta, Angkasa Pura (AP) II mendukung peningkatan pelayanan yang diberikan bandara kepada penumpang, termasuk keamanan. Hal tersebut diwujudkan Bandara Soekarno-Hatta dengan menggandeng Airport Council International (ACI) melalui acara Airport Excellence (APEX) in Safety yang diselenggarakan pada 13-17 Mei 2024.
Sejarah Bandara Soekarno-Hatta dimulai dari pembukaannya pada tahun 1985. Dinamakan berdasarkan nama Presiden pertama Indonesia, Soekarno dan Wakil Presiden Hatta, bandara ini memainkan peran penting dalam menghubungkan Indonesia dengan seluruh dunia. Selama bertahun-tahun, bandara ini telah mengalami beberapa kali perluasan dan renovasi untuk mengakomodasi peningkatan jumlah penumpang dan penerbangan. Lokasi Bandara Soekarno-Hatta yang strategis dan dekat dengan Jakarta, ibu kota Indonesia, telah berkontribusi terhadap pertumbuhannya sebagai hub utama di wilayah tersebut.
Tokoh-tokoh penting dalam perkembangan dan keberhasilan Bandara Soekarno-Hatta antara lain pejabat pemerintah, otoritas penerbangan, dan pengelola bandara. Orang-orang ini telah bekerja tanpa kenal lelah untuk memastikan operasi yang efisien, keselamatan, dan kualitas layanan di bandara. Angkasa Pura (AP) II, sebagai operator Bandara Soekarno-Hatta, telah memainkan peran penting dalam mengimplementasikan inisiatif untuk meningkatkan pengalaman penumpang dan menjaga standar keselamatan yang tinggi. Melalui kemitraan dengan organisasi internasional seperti Airport Council International (ACI), Bandara Soekarno-Hatta telah mampu membandingkan kinerjanya dengan standar global dan terus meningkatkan operasionalnya.
Dampak diakuinya Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara tersibuk di kawasan ASEAN mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, pencapaian ini menandakan efisiensi bandara dalam menangani volume penerbangan dan penumpang yang besar, sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan konektivitas Indonesia. Hal ini juga menyoroti upaya manajemen bandara dalam menjaga standar keselamatan dan keamanan yang tinggi. Namun, peningkatan lalu lintas dan kemacetan di bandara dapat menimbulkan tantangan dalam hal kapasitas, infrastruktur, dan pengalaman penumpang. Penting bagi para pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah ini secara proaktif untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan berkelanjutan Bandara Soekarno-Hatta.
Bandara Soekarno-Hatta diharapkan dapat terus melanjutkan pertumbuhannya sebagai hub penerbangan penting di Asia Tenggara. Bandara ini perlu berinvestasi dalam peningkatan infrastruktur, kemajuan teknologi, dan langkah-langkah keberlanjutan untuk memenuhi permintaan peningkatan jumlah penumpang dan penerbangan. Kolaborasi dengan mitra internasional dan organisasi industri akan menjadi kunci dalam mengadopsi praktik terbaik dan tetap kompetitif dalam lanskap penerbangan global. Dengan berfokus pada inovasi, layanan pelanggan, dan keberlanjutan, Bandara Soekarno-Hatta dapat memantapkan posisinya sebagai bandara terkemuka di kawasan ASEAN dan sekitarnya.