Studi terbaru yang dilakukan oleh Traveloka dan YouGov yang ngasih kita insight tentang pergeseran tren pariwisata di Asia Pasifik, khususnya di Indonesia. Ternyata, para pelancong Indonesia sekarang lebih suka wisata alam, seperti mendaki gunung atau pergi ke taman nasional, daripada berwisata ke tempat-tempat yang lebih komersial.
Studi yang diberi judul “Travel Redefined: Understanding and Catering to the Diverse Needs of APAC Travellers” ini melibatkan hampir 12.000 responden dari sembilan negara, dengan 2.000 di antaranya berasal dari Indonesia. Dari riset ini, kita bisa lihat bahwa ada banyak temuan penting yang akan memengaruhi masa depan pariwisata di Asia Pasifik, seperti soal sensitivitas harga dan minat pada wisata yang lebih ramah lingkungan.
Salah satu hal menarik yang ditemukan adalah kebiasaan dan preferensi perjalanan yang terus berkembang, yang pastinya bakal membentuk lanskap pariwisata di Asia Pasifik. Data ini juga memberikan panduan praktis untuk mempersiapkan tren dan menciptakan pengalaman perjalanan yang lebih bermakna di tahun-tahun mendatang.
Caesar Indra, President Traveloka, menyampaikan bahwa Asia Pasifik itu punya banyak peluang, tapi karena kawasan ini sangat beragam, pelaku industri harus punya kreativitas dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan pasar yang dinamis. Jadi, untuk bisa berkembang di dunia pariwisata yang terus berubah, strategi inovatif berdasarkan temuan-temuan ini sangat diperlukan.
Dalam studi ini juga ditemukan bahwa 39 persen pelancong di Indonesia lebih suka berlibur ke tempat-tempat wisata yang terkenal, dan wisata alam jadi pilihan utama. Sekitar 75 persen dari mereka lebih suka berlibur ke destinasi alam, seperti pegunungan dan taman nasional, sementara 65 persen memilih pantai dan daerah pesisir. Bahkan, wisata sejarah atau budaya seperti museum dan istana, hanya menarik perhatian 37 persen pelancong Indonesia. Ini menunjukkan betapa besar kecintaan orang Indonesia terhadap aktivitas outdoor dan keindahan alam, terutama jika dibandingkan dengan negara seperti Jepang, di mana 62 persen pelancong lebih tertarik ke wisata sejarah dan budaya.
Di seluruh Asia Pasifik, perjalanan domestik jadi faktor utama yang mendorong pemulihan industri pariwisata, dan ini juga berlaku di Indonesia. Sekitar 70 persen pelancong memilih untuk berlibur di dalam negeri karena lebih nyaman dan harganya lebih terjangkau. Ini bikin destinasi-destinasi seperti Bali, Lombok, dan Yogyakarta makin populer.
Kemudian, dari segi harga, pelancong Indonesia juga sangat sensitif terhadap biaya. 46 persen responden bilang bahwa harga yang terjangkau jadi prioritas utama saat memilih akomodasi, dan 34 persen juga dipengaruhi oleh promosi atau diskon. Jadi, biaya dan penawaran menarik memang bisa banget memengaruhi keputusan para pelancong untuk memilih destinasi yang biasanya nggak mereka pertimbangkan sebelumnya.
Ngomongin soal teknologi, pelancong Indonesia semakin mengandalkan media sosial dan platform perjalanan digital untuk merencanakan liburan mereka. 56 persen orang Indonesia lebih suka pakai media sosial, sementara 53 persen memilih platform perjalanan sebagai alat utama untuk merencanakan perjalanan. Ini menunjukkan bahwa orang Indonesia semakin percaya pada platform digital untuk memudahkan proses booking dengan banyak pilihan yang fleksibel.
Yang terakhir, tren perjalanan berkelanjutan juga semakin diminati. 86 persen pelancong Indonesia mempertimbangkan keberlanjutan saat merencanakan liburan mereka, angka yang lebih tinggi dari rata-rata kawasan Asia Pasifik yang ada di angka 80 persen. Ini jadi peluang besar untuk penyedia layanan perjalanan yang menawarkan pilihan ramah lingkungan, seperti akomodasi hijau atau inisiatif green tourism.