Pasukan Koops Habema TNI telah mengeliminasi Denis Murib, seorang anggota OPM, melalui serangan tembak di Distrik Bibida, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, pada hari Senin, 17 Juni 2024. Koops Habema mengungkapkan bahwa terjadi penembakan terhadap dua anggota OPM, dimana salah satunya adalah Denis Murib. Sebelumnya, Denis Murib merupakan anggota Satgas Yonif 527/Baladibya Yudha Kodam V/Brawijaya namun kemudian melarikan diri dan bergabung dengan OPM.
Gerakan separatis di Papua telah berlangsung selama beberapa dekade. Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan kelompok separatis yang berjuang untuk kemerdekaan Papua dari Indonesia. Konflik antara OPM dan pemerintah Indonesia telah menimbulkan kekerasan dan ketegangan yang berkepanjangan di daerah Papua. Upaya penyelesaian konflik ini telah melibatkan banyak pihak, termasuk TNI, Polri, dan pemerintah pusat.
Pada awal tahun 2024, Jenderal Agus Subiyanto, Panglima TNI, membuat Koops Habema dengan tujuan mengatasi pergerakan separatisme di Papua. Koops Habema merupakan bagian dari TNI yang berada di bawah kendali Kogabwilhan III. Tindakan yang dilakukan oleh Koops Habema dalam menembak mati anggota OPM seperti Denis Murib merupakan bagian dari upaya untuk menekan gerakan separatis dan memulihkan keamanan di Papua.
Dalam analisis individu yang berpengaruh dalam kasus ini, Denis Murib adalah salah satu tokoh yang menarik perhatian. Awalnya merupakan anggota Satgas Yonif 527/Baladibya Yudha Kodam V/Brawijaya, Denis kemudian memutuskan untuk kabur dan bergabung dengan OPM. Keputusannya untuk beralih pihak dan melawan TNI yang mencerminkan kompleksitas konflik di Papua, dimana para anggota dapat terlibat dalam berbagai pihak dan memiliki tujuan serta motivasi yang berbeda.
Tindakan Koops Habema dalam pengambilan gambar mati Denis Murib juga menunjukkan tantangan yang dihadapi dalam penanganan konflik di Papua. Meskipun upaya penyelesaian konflik telah dilakukan dan Koops Habema dibentuk untuk mengatasi masalah tersebut, penyelesaian konflik di Papua tetap kompleks dan memerlukan pendekatan yang komprehensif.
Dalam perspektif yang berbeda, tindakan Koops Habema dapat dianggap sebagai langkah yang diperlukan dalam rangka menjaga keamanan dan izin di Papua. Menembak mati anggota OPM yang telah melakukan tindakan separatis dapat dianggap sebagai tindakan pembelaan diri dari pihak TNI guna melindungi keamanan warga negara dan menegakkan hukum di wilayah yang terkena konflik.
Di sisi lain, penembakan tersebut juga menimbulkan pertanyaan tentang upaya perdamaian dan dialog dalam penyelesaian konflik di Papua. Upaya-upaya untuk mencari solusi damai dan memahami akar masalah konflik juga merupakan langkah yang perlu dilakukan untuk mengakhiri kekerasan dan membangun perdamaian yang berkelanjutan di Papua.